![]() |
| Karl Marx dan Critical Theory: Memahami Dunia di Balik Tirai Kapitalisme (Foto: Pixabay) |
GOLONGANMARXISME - Di dunia modern, kamu mungkin sering melihat ketimpangan sosial yang semakin nyata. Ada orang yang bekerja keras, tetapi tetap hidup pas-pasan. Di sisi lain, ada segelintir orang yang menikmati kekayaan luar biasa tanpa harus bersusah payah. Sistem seperti ini bukan muncul begitu saja, melainkan bagian dari mekanisme besar yang disebut kapitalisme. Untuk memahami bagaimana sistem ini membentuk kehidupan kita, Karl Marx dan Critical Theory (Teori Kritis) memberikan kacamata analitis yang tajam bukan hanya untuk memahami dunia, tetapi juga berusaha mengubahnya.
Karl Marx, seorang filsuf, ekonom, dan revolusioner asal Jerman, mengemukakan kritik mendalam terhadap kapitalisme. Ia menyatakan bahwa kapitalisme bukan sekadar sistem ekonomi, tetapi struktur kekuasaan yang memengaruhi cara kita bekerja, berpikir, dan bahkan memandang diri sendiri. Critical Theory yang berkembang di Frankfurt School meneruskan gagasan Marx, dengan meneliti bagaimana ideologi, media, budaya, dan teknologi memperkuat dominasi kapitalisme dalam kehidupan modern.
Melalui artikel ini, kamu akan memahami bagaimana Marx dan teori kritis membantu kita melihat kenyataan di balik tirai kapitalisme, serta bagaimana sistem ini membentuk masyarakat, kesadaran, dan relasi kekuasaan.
Karl Marx dan Kritiknya terhadap Kapitalisme
Karl Marx menganggap kapitalisme sebagai sistem yang penuh kontradiksi. Menurutnya, produksi kapitalis menghasilkan kekayaan luar biasa, tetapi juga membuka ketimpangan dan eksploitasi manusia. Marx memperkenalkan konsep kelas sosial, yaitu kaum borjuis (pemilik modal) dan proletar (pekerja). Kaum borjuis memiliki alat produksi dan mendapatkan keuntungan dari kerja proletar, sementara kaum pekerja hanya mendapat upah sekadarnya.
Marx percaya bahwa dalam kapitalisme, kerja manusia mengalami alienasi atau keterasingan. Ini berarti pekerja merasa terasing dari hasil kerjanya sendiri, dari proses kerja, dari sesama manusia, dan bahkan dari dirinya sendiri. Mereka bekerja bukan karena keinginan kreatif, tetapi karena tuntutan ekonomi. Inilah yang membuat kapitalisme dianggap merampas kemanusiaan.
Lebih dari itu, Marx menjelaskan bagaimana kapitalisme menciptakan fetisisme komoditas, yaitu kondisi ketika manusia lebih menghargai barang dan uang daripada hubungan manusia. Segalanya menjadi komoditas, termasuk waktu, tenaga, bahkan kasih sayang. Marx percaya bahwa agar manusia kembali pada kemanusiaannya, diperlukan kesadaran kritis untuk menyadari bahwa ketimpangan ini bukan takdir, melainkan hasil dari sistem.
Critical Theory: Melanjutkan Perjuangan Marx dalam Dunia Modern
Critical Theory lahir pada awal abad ke-20 melalui kelompok intelektual di Frankfurt School yang terdiri dari Theodor Adorno, Max Horkheimer, Herbert Marcuse, serta kemudian Jürgen Habermas. Mereka memperluas gagasan Marx dengan melihat bagaimana kapitalisme tidak hanya menindas lewat ekonomi, tetapi juga melalui budaya, ideologi, dan media massa.
Menurut Adorno dan Horkheimer dalam karya mereka Dialectic of Enlightenment, kapitalisme modern menggunakan industri budaya—seperti film, musik, iklan, dan media sosial—untuk mengendalikan kesadaran masyarakat. Budaya tidak lagi menjadi sarana refleksi atau ekspresi, tetapi menjadi produk yang dijual dan dikonsumsi massal. Akibatnya, masyarakat menjadi pasif, konsumtif, dan tidak kritis terhadap realitas.
Herbert Marcuse dalam bukunya One-Dimensional Man menyebut bahwa kapitalisme membuat manusia menjadi "berdimensi satu", artinya mereka kehilangan kemampuan berpikir kritis dan hanya mengikuti arus konsumsi tanpa mempertanyakan struktur sosial yang menindas. Menurutnya, kapitalisme modern tidak lagi menindas secara kasar, tetapi melalui kenyamanan dan hiburan.
Kapitalisme, Media, dan Manipulasi Kesadaran
Di era digital, kekuasaan kapitalisme semakin kuat. Media sosial, teknologi digital, dan iklan tidak hanya bertujuan menghibur, tetapi juga membentuk kebiasaan, hasrat, dan cara berpikir manusia. Kita diajarkan bahwa kesuksesan berarti memiliki banyak barang bermerek, gaya hidup mewah, dan pengakuan sosial melalui angka followers atau likes. Tanpa sadar, kamu menjadi bagian dari sistem konsumsi yang terus berputar.
Menurut Jürgen Habermas, media massa dan teknologi komunikasi bisa menjadi alat dominasi sekaligus alat pembebasan. Dalam The Theory of Communicative Action, ia menjelaskan pentingnya ruang publik sebagai tempat dialog kritis, di mana masyarakat bisa membahas isu sosial secara rasional dan bebas dari manipulasi. Sayangnya, ruang publik sering direbut oleh kepentingan ekonomi dan politik.
Media tidak lagi sekadar sarana informasi, tetapi alat untuk menciptakan opini dan membentuk citra sosial. Ini membuat masyarakat sering terjebak dalam ilusi—percaya bahwa apa yang terlihat di media adalah kenyataan mutlak.
Tantangan Kesadaran Kritis di Era Konsumerisme
Salah satu tantangan terbesar di era modern adalah hilangnya kesadaran kritis. Critical Theory menegaskan bahwa masyarakat modern lebih mudah menerima informasi tanpa verifikasi, lebih suka hiburan daripada refleksi, dan lebih tertarik pada konsumsi daripada pencarian makna. Kapitalisme tidak lagi memaksa dengan kekerasan, tetapi memikat dengan kenyamanan.
Menurut kajian psikologi sosial dari Erich Fromm dalam To Have or To Be, manusia modern lebih suka memiliki (to have) daripada menjadi (to be). Kapitalisme membuat manusia diukur bukan dari moral, kreativitas, atau empati, melainkan dari apa yang bisa mereka beli. Inilah bentuk baru penindasan yang tidak terlihat, tetapi sangat kuat.
Apakah Kapitalisme Bisa Diperbaiki?
Marx percaya bahwa kapitalisme akan runtuh karena kontradiksi internalnya sendiri. Namun, para pemikir Critical Theory melihat bahwa kapitalisme mampu beradaptasi dan bertahan melalui teknologi, budaya, dan politik. Karena itu, tugas kita bukan hanya menunggu jatuhnya kapitalisme, tetapi memahami bagaimana menciptakan sistem yang lebih manusiawi, adil, dan solidaritas.
Kita tidak bisa menghapus kapitalisme dalam sekejap, tetapi kita bisa mulai dengan menghidupkan kesadaran kritis. Artinya, kamu tidak hanya mengikuti arus, tetapi memahami bagaimana sistem bekerja dan bagaimana kamu bisa berperan memperbaiki dunia.
Kesimpulan: Melihat Dunia dengan Kacamata Kritis
Karl Marx dan Critical Theory bukan hanya teori akademik, tetapi alat untuk memahami realitas. Mereka mengajarkan bahwa dunia yang kamu lihat bukan realitas yang sebenarnya, melainkan hasil dari konstruksi sosial, ideologi, dan kepentingan ekonomi. Kapitalisme tidak hanya menguasai pasar, tetapi juga pikiran dan kesadaran manusia.
Dengan memahami teori Marx dan Critical Theory, kamu belajar melihat kehidupan bukan sebagai sesuatu yang statis, tetapi bisa diubah. Kesadaran kritis adalah langkah pertama menuju perubahan.
Karena pada akhirnya, pertanyaannya bukan hanya “bagaimana dunia bekerja?”, tetapi “bagaimana kita bisa membuat dunia lebih adil dan manusiawi?”
“Seseorang tidak bisa bebas jika mereka tidak sadar bahwa mereka sedang ditindas.” Herbert Marcuse, One-Dimensional Man.

Comments
Post a Comment